GAPADRI Mapala STTNAS Jogjakarta
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


GAPADRI Mapala STTNas Jogjakarta Cerita Pecinta Alam
 
IndeksPortalGalleryLatest imagesPencarianPendaftaranLogin
Latest topics
» hallo smuanya
Jawaban penuh makna Icon_minitimeThu Jul 16, 2009 11:31 am by Tamu

» Rahasia Kecerdasan Orang Yahudi
Jawaban penuh makna Icon_minitimeThu Apr 02, 2009 3:31 pm by bank dewa

» MUDAH, CEPAT & MURAH
Jawaban penuh makna Icon_minitimeThu Apr 02, 2009 2:32 pm by bank dewa

» Rekening Gapadri
Jawaban penuh makna Icon_minitimeThu Apr 02, 2009 2:25 pm by borokovic

» lahooooooooooo dan pekerjaan
Jawaban penuh makna Icon_minitimeThu Apr 02, 2009 12:01 pm by Poets MenterlicA

» BLONTANG-"PEMERINTAH VS CUKONG KAYU"
Jawaban penuh makna Icon_minitimeSat Mar 28, 2009 12:33 pm by Mohammad Wiyanto

» BLONTANG-"HOBIKU SAYANG HOBIKU MALANG"
Jawaban penuh makna Icon_minitimeSat Mar 28, 2009 12:30 pm by Mohammad Wiyanto

» Earth Hour
Jawaban penuh makna Icon_minitimeThu Mar 26, 2009 3:30 pm by bank dewa

» Jawaban penuh makna
Jawaban penuh makna Icon_minitimeThu Mar 26, 2009 3:19 pm by bank dewa


 

 Jawaban penuh makna

Go down 
PengirimMessage
bank dewa

bank dewa


Jumlah posting : 7
Join date : 26.03.09
Age : 50
Lokasi : DKI

Jawaban penuh makna Empty
PostSubyek: Jawaban penuh makna   Jawaban penuh makna Icon_minitimeThu Mar 26, 2009 3:19 pm

Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus

tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang

sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik - rintik

selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.



Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor, terdengar suara

tek...tekk..tek...suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka

keringat, ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok

bakso setelah menanyakan anak - anak, siapa yang mau bakso ?



"Mauuuuuuuuu..", secara serempak dan kompak anak - anak asuhku menjawab.



Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. Ada satu hal yang

menggelitik fikiranku selama ini ketika saya membayarnya, si tukang

bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang

satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu

aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.



"Mang kalo boleh tahu, kenapa uang - uang itu Emang pisahkan ?

Barangkali ada

tujuan ?" "Iya pak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang

bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja,

Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang

menjadi hak orang lain / tempat ibadah, dan mana yang menjadi hak cita-

cita penyempurnaan iman ".



"Maksudnya.. ..?", saya melanjutkan bertanya.



"Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan

sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :





1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup

sehari - hari Emang dan keluarga.



2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk

melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi

tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun

kambingnya yang ukuran sedang saja.



3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama

yang

Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu,

untuk melaksanakan Ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang

besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di

setiap penghasilan harian

hasil jualan bakso ini, Emang harus menyisihkan sebagian penghasilan

sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar

2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.



Hatiku sangat...... .....sangat tersentuh mendengar jawaban itu.

Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita

yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso

tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup

seperti itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum

ada rejeki.



Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : "Iya memang

bagus...,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu,

termasuk memiliki kemampuan dalam biaya....".



Ia menjawab, " Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal

mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT atau

pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI. Definisi "mampu" adalah sebuah

definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri.

Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka

mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya

kalau kita mendefinisikan diri sendiri, "mampu", maka Insya Allah dengan

segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada

kita".



"Masya Allah..., sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso".
Kembali Ke Atas Go down
 
Jawaban penuh makna
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
GAPADRI Mapala STTNAS Jogjakarta :: Selamat Datang :: Yang baru...-
Navigasi: